
PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR – Kajian teoritis terhadap masalah yang diteliti meliputi media pembelajaran, media puzzle, hasil belajar, masalah keluarga, dan penjelasan. Sebuah studi tentang teori menjelaskan: Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata media, yang secara harfiah berarti tengah atau pengantar. Media adalah perantara atau penyampai pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut media yang dipahami secara linier,
PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
puzzlehistory.com – Yang besar adalah orang, materi, atau peristiwa yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Di sisi lain, Sadiman.dkk menyatakan bahwa media dapat digunakan untuk mengarahkan pesan dari pengirim ke penerima, memungkinkan untuk menarik perhatian dan minat siswa. Menjelaskan bahwa ada beberapa jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses pendidikan.
Baca Juga : Strategi Puzzle: Bagaimana Melakukan Jigsaw Puzzle
Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, dan tabel. Media grafis disebut juga media dua dimensi. Media 3D tersebut kemudian berbentuk model seperti ini: B. Model solid (model solid ), model bagian, dll. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film, dan penggunaan transparansi. Keempat Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media Pendidikan
Teka-teki adalah media visual. Media visual adalah media yang menyampaikan pesan melalui interaksi melihat. Kemampuan kita untuk memahami pesan media visual bergantung pada kemampuan kita untuk mengirim dan menerima pesan visual. Melihat dan mempelajari pesan visual membutuhkan keterampilan. Oleh karena itu tidak hanya melihat apa yang dilakukan untuk menerima pesan visual, tetapi juga dengan menghayati nilai keindahan, memahami makna yang terkandung di dalamnya, dan menghubungkan unsur-unsur isi pesan. Pendekatan rasional dan bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Keyakinan menggunakan pendekatan emosional. Menurut Malahayati Tujuan bermain puzzle adalah:
(1) bekerja dengan siswa untuk membentuk jiwa.
(2) lebih konsisten dengan apa yang lakukan.
(3) Kereta Kecerdasan Logis – Mahasiswa Matematika.
Teka-teki tidak hanya membantu melatih kecerdasan, tetapi juga dapat menjalin kerjasama antara siswa
Metode
Metode Penelitian ini menggunakan gaya penelitian deskriptif-kualitatif. Aqib Menjelaskan bahwa adalah deskriptif. Ini adalah bentuk penelitian untuk mengumpulkan informasi data tentang fenomena yang telah dipelajari . Penelitian kualitatif dilakukan dengan cermat, teliti, dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang sangat lengkap dan menghasilkan informasi yang agak menunjukkan kualitas. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, PTK diamati dalam bentuk tindakan aktivitas belajar yang dipicu secara sengaja dan bersamaan di dalam kelas. Sedangkan menurut Rustam (dalam
PTK adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri, merancang tindakan kolaboratif dan partisipatif untuk meningkatkan kinerja guru, mengimplementasikan dan merefleksikan. Meningkatkan 4.444 guru dan meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan dilakukan oleh guru atau dengan instruksi dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Guru memberikan penghargaan kepada 4.444 siswa untuk partisipasi aktif di kelas. Guru dilakukan dengan baik orang. Guru memberikan siswa aktif dan kelompok terbaik pergi ke di depan kelas. Guru kemudian memberikan tugas tambahan, (PR), untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuannya tentang materi yang diajarkan. Setelah kegiatan , guru membimbing siswa untuk menyelesaikan materi yang dipelajari. Guru melakukan kegiatan ini dengan sangat baik sehingga banyak siswa ingin berbagi pengetahuan mereka setelah pelajaran.
Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan pesan moral kepada siswa. Guru melakukan pekerjaan dengan baik. Pelaksanaan role-learning dan family standing melalui penerapan media puzzle ini memiliki kendala yang diwujudkan dalam hasil catatan lapangan. Kendalanya adalah guru masih berjuang untuk mengontrol siswa, suara guru tidak cukup keras, hal ini karena gangguan di luar kelas, yaitu terlalu banyak siswa, Pelajaran tidak berguna dan guru tidak mampu menangani waktu dengan benar. Cara mengatasi hambatan pada di atas adalah guru menarik perhatian siswa dengan memecahkan kebekuan berupa yel-yel dan bintik-bintik warna agar mereka tertarik untuk kembali mengikuti proses pembelajaran, bukan mengabaikannya.
Suara guru harus lebih keras agar siswa di kursi kiri, kanan, depan dan belakang dapat mendengar penjelasan guru dengan jelas, dan siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk bercerita, sehingga siswa Siswa dapat melakukan yang terbaik saat bekerja pada lembar penilaian untuk mendapatkan skor maksimal . Siklus kedua terdiri dari dua sesi belajar. Setiap pertemuan dialokasikan 2×35 menit. Siklus II Pertemuan I dilaksanakan pada hari Jumat 12 April 2013 dan Siklus II Pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu 13 April 2013. Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran langsung.
Beberapa Bimbingan
Peran dan Kedudukan Keluarga, guru kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi isi cerita dan membacakan tanda baca dan spasi dalam cerita tersebut. kegiatan yang menggambarkan peran dan posisi keluarga, karena suara guru dikomunikasikan dengan keras.Guru juga meringkas dan membuat papan tulis agar siswa memiliki pemahaman yang lengkap tentang peran dan posisi keluarga. Setelah kegiatan , guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari empat orang. Kegiatan ini dilakukan dengan baik oleh guru, suara guru sangat jelas sehingga siswa yang berdiri di belakangnya dapat mendengarnya dengan jelas. Setelah setiap siswa duduk dalam kelompok mereka, guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok , dan guru menginstruksikan kelompok cara bermain puzzle dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan soal.
Kegiatan ini berhasil dilakukan oleh guru, namun dalam menjawab soal guru memberikan giliran kepada setiap siswa sehingga siswa tidak perlu memaksakan diri untuk menjawab soal . Guru juga mendorong siswa untuk menebak menggunakan teka-teki antar kelompok. Sebelum guru dan siswa mendiskusikan hasil kerja kelompok, perwakilan siswa diminta untuk membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Kegiatan ini berjalan dengan baik karena siswa mampu bertukar pikiran dengan temannya. Setelah guru dan siswa mendiskusikan hasil kerja siswa bersama-sama, guru memeriksa pemahaman siswa dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: Peran apa yang dimainkan setiap anggota Keluarga dalam Dalam kegiatan akhir , guru memberikan setiap siswa satu lembar evaluasi.
Dalam kegiatan ini, guru melakukan pekerjaan dengan baik menjaga siswa agar tidak terlalu padat. Guru kemudian memberikan penghargaan kepada 4.444 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan baik oleh guru. Guru meminta siswa aktif dan kelompok terbaik untuk menjadi yang teratas di kelas. Guru kemudian memberikan tugas tindak lanjut (PR) untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang diajarkan.
Tingkat pembelajaran klasikal dari pembelajaran peran dan posisi keluarga menggunakan media puzzle pada siklus II meningkat sebesar dibandingkan siklus I. Namun penerapan media puzzle untuk mempelajari peran dan lokasi keluarga dikatakan berlangsung pada siklus I. Pembelajaran secara klasikal dianggap selesai apabila telah menyelesaikan pembelajaran. Penguasaan Pembelajaran Klasik Hasil belajar peran dan lokasi keluarga melalui penerapan media puzzle perlu ditingkatkan dan ditingkatkan pada Siklus II. Pada Siklus II , tingkat ketuntasan belajar klasikal meningkat 20%, dan mencapai 88,8%. Hasil tersebut termasuk kategori tinggi atau optimal. Persentase hasil 4.444 ketuntasan belajar klasikal pada Siklus II mencapai 4.444 ukuran keberhasilan yang ditetapkan.